Memahami File RAW dan JPEG pada Kamera

Pada kamera saku tingkat lanjut (Prosumer) dan kamera DSLR terdapat beberapa pilihan format file gambar yang biasa digunakan yaitu RAW dan JPEG. Pemilihan jenis file yang tepat sangat penting dilakukan sebelum mengambil gambar karena akan mempengaruhi kualitas gambar yang diinginkan selama proses pengolahan. 
Pemilihan jenis file gambar pada kamera DSLR


RAW
File RAW artinya file dengan data mentah yang mengandung informasi bagaimana suatu gambar diambil seperti waktu dan tanggal pengambilan, nilai eksposure, tipe kamera dan lensa, dll, informasi ini dikenal juga sebagai Metadata. Intinya file RAW adalah format asli yang merupakan perwujudan original dari hasil kerja Sensor gambar digital. File RAW mempunyai ekstensi file yang berbeda-beda untuk setiap kamera seperti CRW untuk Canon EOS, NEF untuk Nikon, ARW untuk Sony dan ORF untuk Olympus. Karena kebanyakan aplikasi fotografi tidak diproses dalam file RAW maka file RAW harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam format yang umum seperti JPEG atau TIFF sebelum gambar tersebut digunakan dalam software pemrosesan gambar (image processing).

Step by step format RAW

Kenapa harus shooting dengan file RAW?
Ada banyak alasan untuk mengambil gambar dengan file RAW dibandingkan dengan file JPEG, akan tetapi penting untuk diingat bahwa gambar dengan file RAW membutuhkan pekerjaan tambahan untuk mengatur keseimbangan warna yang diinginkan sedangkan file JPEG keseimbangan warna nya sudah diatur oleh kamera itu sendiri. 

Beberapa keuntungan jika shooting gambar dengan format file RAW:
- Dapat mengontrol White Balance, pengaturan warna dan koreksi gamma setelah proses pengambilan gambar sehingga opsi untuk pemgolahan gambar lebih banyak.
- File RAW tidak mengalami kompresi sehingga tidak ada data gambar yang hilang dan kualitas gambar lebih bagus.
- File RAW dapat mengontrol pengurangan noise dan mengontrol ketajaman setelah pengambilan gambar sedangkan untuk file JPEG pengurangan noise dan ketajaman gambar sudah permanen tergantung dari setting kamera pada saat mengambil gambar.
- Format RAW diibaratkan sebagai negatif film yang digital sehingga memungkin untuk berkreasi lebih besar dalam pengaturan gambar yang diinginkan.

Kerugian menggunakan format file RAW:
- Karena file nya tidak mengalami kompresi maka ukuran file nya lebih besar sehingga membutuhkan kapasitas memory card yang lebih besar, biasanya ukuran file RAW lebih dari 2 kali ukuran file JPEG.
- Banyak memakan waktu selama pemotretan (mengurangi kecepatan kamera).
- Butuh kerja tambahan dan waktu tambahan untuk pengolahan gambar karena pengolahan gambar tidak dilakukan oleh kamera.
- Butuh software khusus agar file nya bisa dibaca.

JPEG (Joint Photographic Experts Group)
JPEG adalah format file gambar populer yang memungkinkan seseorang menghasilkan gambar dengan tingkat kompresi yang tinggi. Ketika mengambil gambar dengan format JPEG, kamera akan mengubah file RAW melalui software yang ada dalam kamera menjadi file JPEG 8-bit warna kemudian disimpan di memory card. Selama proses ini berlangsung kamera akan meng-kompres gambar sehingga menyebabkan beberapa data akan hilang, oleh karena itu ukuran file JPEG akan lebih kecil dibandingkan dengan file RAW.
Step by step format JPEG

Keuntungan shooting dengan format file JPEG:
- Format JPEG bisa dibaca oleh program apapun yang tersedia di pasaran.
- Ukuran file nya lebih kecil sehingga tidak banyak memakan memory card.
- File nya bisa langsung di cetak tanpa butuh waktu tambahan untuk pengolahan gambar.

Kerugian shooting dengan format file JPEG:
- Beberapa data akan hilang karena file nya di kompresi.
- Tidak banyak ruang untuk pengolahan gambar jika dibandingkan dengan RAW.
- Noise dan ketajaman gambar permanen tergantung pada pengaturan di kamera sehingga tidak bisa di kontrol.

So, format file mana yang Anda pilih?
- Jika kapasitas memory card Anda minimal 4GB dan ingin mengambil gambar saat momen istimewa, pilihlah format RAW.
- Jika kapasitas memory card Anda pas-pasan dan hanya untuk mengambil momen yang biasa saja, pilihlah format JPEG.
- Untuk jalan tengahnya jika Anda memiliki kapasitas memory card yang besar, format RAW + JPEG (kamera akan menyimpan ke dua format sekaligus).

Contoh format RAW (source:

Contoh format JPEG (source:




Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 5)

Memory Card
Setelah sensor gambar digital merekam suatu objek, kamera akan melakukan serangkaian proses untuk mengoptimalkan gambar yang didasarkan pada pengaturan kamera yang dilakukan oleh fotografer sebelum mengambil gambar, seperti pengaturan ISO, Aperture, Shutter, dll. Setelah pemrosesan gambar, kamera digital akan menyimpan informasi nya dalam bentuk file, jenis file digital dibuat bervariasi tergantung pada produsen kamera. Setelah file siap untuk penyimpanan, kamera akan mentransfer file dari prosesor ke memory card. Ada beberapa jenis memory card yang digunakan, tetapi proses penerimaan informasi gambar di masing-masing memory card tetap sama.
Memory Card


Flash Eksternal
Dalam situasi tertentu agar foto lebih tajam dan lebih jelas terutama pada saat situasi kurang cahaya dibutuhkan cahaya tambahan yang berasal dari flash eksternal. Kebanyakan kamera DSLR memiliki flash bawaan yang built-in dengan posisi yang tetap dan cahayanya mengarah pada satu arah saja. Flash built-in ini memiliki kekurangan dalam pengontrolan eksposur flash sehingga kamera dengan flash built-in ini tidak bisa dikembangkan untuk keperluan fotografi profesional.
Flash Built-in
Penggunaan flash eksternal akan memberikan sentuhan yang profesional dalam pengontrolan eksposur flash. Hal ini memungkinkan untuk pengoptimalan dalam pengaturan flash (intensitas flash yang rendah akan menerangi objek foto terhadap background yang terang sehingga objek foto tidak muncul dalam siluet) dan pencegahan overexposure pada objek dalam jarak dekat.
Flash Eksternal Kamera DSLR Sony


Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 4)

Sensor Gambar Digital (Digital Image Sensor)


Ketika cahaya yang dipantulkan dari objek melewati lensa dan Aperture, gambar dari objek tersebut akan ditangkap oleh sensor gambar digital. Sensor tersebut merupakan suatu chip di dalam kamera yang terdiri dari jutaan elemen individu yang mempunyai kemampuan untuk menangkap cahaya.

Tipe Umum Sensor Gambar Digital

1. CCD (Charge-Couple Device)
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD merekam gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari setiap elemen dalam baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya satu baris yang aktif pada suatu waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan menjadi data digital dengan sendirinya, perlu tambahan sirkuit di kamera untuk mendigitalkan informasi tegangan sebelum mentransfer data ke perangkat penyimpanan.

Sensor CCD


Prinsip kerja CCD:Dalam digital imaging, ketika gelombang cahaya yang masuk kamera difokuskan pada sensor yang mengubah cahaya menjadi muatan listrik, gambar terbentuk. Bagaimana proses ini memisahkan warna? Cahaya yang memasuki kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua panjang gelombang, dalam mekanisme nya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi baris dan piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan adalah sedikit lebih lama, tapi sangat akurat.

Sensor CCD dan Sensor CMOS


2. CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)
Sensor CMOS mampu merekam seluruh gambar yang disediakan oleh elemen sensitif cahaya secara paralel (dasarnya semua sekaligus), mengakibatkan tingkat transfer data yang lebih tinggi ke perangkat penyimpanan. Sirkuit tambahan ditambahkan untuk setiap elemen individu untuk mengkonversi informasi tegangan ke data digital. Sebuah mikrolensa kecil berwarna dipasang pada setiap elemen untuk meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan warna cahaya.

Sensor CMOS


Prinsip kerja CMOS:
Sebuah sensor CMOS, tidak mengubah gelombang cahaya menjadi muatan listrik pada sebuah chip yang berbeda, tetapi mengubah foton menjadi elektron dengan mengolah data pada saat itu juga (dan bukan pada chip lain). Dengan menggunakan amplifier, sensor ini lebih cepat dari CCD. Namun, fakta bahwa tidak semua converter dan amplifier bekerja di efisiensi yang berbeda, dapat menyebabkan noise.
Sementara CMOS kebanyakan menggunakan sistem RGB filtrasi yang sama, ada juga teknologi revolusioner baru yang disebut Foveon (Sigma mulai menggunakannya, tetapi di produsen lebih masa depan akan memperkenalkan model berbasis pada teknologi ini), yang menggunakan sifat-sifat silikon itu sendiri untuk menyaring warna spektrum cahaya.

Perbedaan Sensor CCD dan CMOS

Sensor CCD
Sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera yang fokus pada gambar yang high-quality dengan pixel yang besar dan sensitivitas cahaya yang baik.
Plus :
- Telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga teknologinya lebih matang.
- Kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya
- Low noise
- Desain sensor nya sederhana (lebih murah)
- Sensitivitas cahaya yang baik (termasuk dynamic range)
- Tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform)
Minus :
- Desain sistem keseluruhan (CCD plus ADC) lebih rumit
- Boros daya, lebih kurang 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS
- Kecepatan proses keseluruhan lebih lambat dibanding CMOS
- Sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel) saat menangkap cahaya terang

Sensor CMOS
Sensor CMOS lebih ke kualitas dibawahnya, resolusi dan sensitivitas cahaya yang lebih rendah. Akan tetapi pada saat ini sensor CMOS telah berkembang hampir menyamai kemampuan sensor CCD.
Plus :
- Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip)
- Hemat daya berkat integrasi sistem
- Kecepatan proses responsif (berkat parralel readout structure)
- Tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari masalah smearing atau blooming
- CMOS dapat dipabrikasi dengan cara produksi mikroprosesor yang umum sehingga lebih murah dibandingkan sensor CCD
Minus :
- Lebih besar kemungkinan untuk noise
- Sensitivitas terhadap cahaya lebih rendah karena setiap piksel terdapat beberapa transistor yang saling berdekatan.
- Pixel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang baik dalam hal keseragaman kinerja (uniformity).






Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 3)

Shutter (Rana)
Shutter adalah suatu mekanisme untuk mengontrol durasi cahaya yang masuk ke kamera menuju sensor gambar digital yang diaktifkan ketika menekan tombol untuk memotret. Ketika kamera dalam keadaan diam, maka shutter akan menutupi semua bagian sensor dan posisi cermin pantul (reflexing mirror) ke arah bawah sehingga mata dapat melihat objek yang akan di foto. Ketika tombol untuk memotret ditekan, maka posisi cermin pantul menutup keatas dan bersamaan dengan itu Shutter akan membuka dan membiarkan cahaya masuk menuju sensor.

Kamera pada saat diam


Kamera pada saat tombol untuk memotret ditekan

Lamanya durasi cahaya yang masuk disebut dengan Shutter Speed, satuannya dalam rentang detik dan 1/sekian detik. Biasanya diset dalam interval “1 stop“, sama halnya dengan aperture, setiap penambahan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi 2 kalinya dan sebaliknya setiap pengurangan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi ½ kalinya. Range intervalnya adalah sebagai berikut:
…1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2 ,1, 2, 4, 8, 15, 30….
Semakin ke kiri berarti semakin cepat kecepatan shutternya dan semakin sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin ke kanan, berarti semakin lambat kecepatan shutternya dan semakin banyak cahaya yang masuk.
Slow Shutter Speed
Teknik ini menggunakan Shutter Speed yang rendah (angka yang besar), biasa digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang. Shutter nya dibiarkan terbuka lebih lama agar cahaya yang masuk semakin banyak untuk menghasilkan objek yang diinginkan. Pada Slow Shutter Speed disarankan untuk menggunakan tripod untuk mencegah kamera goyang pada saat pengambilan gambar yang akan menghasilkan gambar yang blur atau berbayang.
High Shutter Speed
Pada teknik ini Shutter Speed berkecepatan tinggi (angka yang kecil), teknik ini berguna untuk menagkap suatu momen dengan cepat, biasanya digunkan untuk fotografi olahraga, satwa, dll.


Hasil Foto dengan berbagai Shutter Speed


Next >>

Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 2)

Diafragma (Aperture) atau Bukaan Lensa
Aperture adalah bukaan pada lensa untuk mengatur volume cahaya yang masuk menuju sensor gambar digital. Eksposure dari sebuah gambar ditentukan oleh kombinasi kecepatan rana (Shutter Speed) dan bukaan Aperture. Bukaan Aperture yang besar akan memberikan cahaya lebih banyak melewati lensa. Aperture diukur dalam f-stop dan setiap stop melambangkan jumlah cahaya yang diterima. Aperture jika dikombinasikan dengan Focal Length akan menentukan ketajaman dari gambar yang dihasilkan (Depth of Field).
Diafragma (Aperture) sebuah lensa

f-stop
Fotografer melakukan penyesuaian bukaan Aperture dengan mengatur f-stop. f-stop merupakan rasio dari focal length lensa terhadap diameter bukaan Aperture.
Sebagai contoh, lensa dengan focal length 50mm dan diameter bukaan Aperture 12.5mm akan menghasilkan nilai f-stop f4 (50 ÷ 12.5 = 4). Jadi semakin besar nilai numerik f-stop, bukaan Aperture semakin kecil. Contoh jika di set f2 maka bukaan Aperture adalah besar dan jika di set f22 maka bukaan Aperture adalah kecil.

Aperture Lensa dalam f-stop
f-stop dan tingkat pencahayaan

Ketajaman Gambar (Depth of Field, DoF)
DoF adalah bidang gambar yang fokus dari latar depan (foreground) dan latar belakang (background) yang ditentukan oleh kombinasi kombinasi bukaan Aperture dan Focal Length lensa. Aperture yang kecil akan menghasilkan DoF yang lebih besar. Misal jika Aperture di set f2 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, artinya fokus yang ditangkap kamera hanya tertuju pada objek itu sendiri sementara foreground dan background nya akan blur. Jika Aperture di set f22 maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar, artinya fokus akan didapat pada foreground, background dan objek itu sendiri.

Apperture f2 (background terlihat blur)
Apperture f22 (background dan objek terlihat mempunyai fokus yang sama)

Kesimpulannya, ketajaman gambar (DoF) bergantung kepada:
  • Aperture, semakin kecil Aperture semakin besar DoF.
  • Focal Length, semakin panjang Focal Length semakin kecil DoF.
  • Jarak pemotretan, semakin dekat jarak pemotretan semakin kecil DoF.


Next >>

Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 1)

Komponen dasar yang terdapat pada kamera DSLR (sebagian terdapat juga pada kamera Rangefinder), yaitu:
- Lensa
- Diafragma (Aperture)
- Rana (Shutter)
- Sensor gambar digital (Digital Image Sensor)
- Memory Card
- Layar LCD
- Flash eksternal
- Jendela bidik (viewfinder)

Lensa
Sebuah lensa merupakan serangkaian elemen canggih yang biasanya terbuat dari kaca. Lensa dibentuk untuk membiaskan dan memfokuskan pantulan cahaya dari objek pada titik-titik tertentu. Sebelum membentuk gambar, interaksi pertama dengan pantulan cahaya yang datang dari objek adalah melalui sebuah lensa kamera.

Jenis-Jenis Lensa Secara Umum:
Meskipun ada banyak sub kategori jenis lensa, pada dasarnya jenis lensa yang umum dikenal adalah tele, wideangle, zoom, dan prima. Semua lensa ini melakukan fungsi dasar yang sama yaitu menangkap cahaya reflektif dari subjek dan memfokuskan pada sensor gambar namun cara mengirimkan cahaya yang dipantulkan objek berbeda.
  1. Lensa Tele; Karakteristik dari lensa ini adalah mendekatkan objek tetapi mempersempit sudut pandang. Lensa ini biasanya digunakan oleh fotografer olahraga dan fotografer binatang liar untuk mengambil objek foto yang jaraknya jauh.
Lensa Tele

  1. Lensa Sudut Lebar (Wide Angle); Lensa ini kebalikan dari lensa tele yaitu lensa yang mempunyai focal length pendek. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya dan dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit.
    Lensa Wide Angle
    
  2. Lensa Zoom; Lensa zoom memiliki kemampuan untuk mengubah focal length dari wide angle ke standar dan dari standar ke zoom sehingga sangat fleksibel untuk digunakan karena memiliki rentang focal length yang cukup lebar. Lensa jenis ini di kenal juga sebagai lensa sapu jagad, akan tetapi lensa ini rawan getar, maka dari itu lensa zoom yang memiliki Image Stabilization sangat dianjurkan. 
    Lensa Zoom
    
  3. Lensa Prime atau Fixed Lens; Lensa yang hanya memiliki satu rentang fokal sehingga tidak bisa menggunakan zoom. Untuk yang baru belajar fotografi, lensa prime lensa yan baik untuk belajar karena Anda dipaksa untuk bergerak dan mengambil sudut pandang yang lebih baik
Lensa Prime


Cara Kamera Digital Menangkap Objek


Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film atau sensor gambar digital.Ada beberapa alasan mengapa orang-orang mengambil foto suatu objek diantaranya untuk keperluan jurnalistik, untuk keperluan ilmiah, periklanan, sekedar hobi, keperluan artistik, dll. Apapun alasan Anda untuk mengambil foto suatu objek, pemahaman tentang cara kamera bekerja dapat meningkatkan skill dan kualitas foto yang Anda ambil. 

Tipe Kamera Digital
Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah kamera digital adalah sebuah perangkat fotografi yang terdiri dari kotak kedap cahaya dengan lensa di salah satu ujung dan sebuah sensor gambar digital. Kemajuan dalam fotografi digital yang cepat saat ini menyediakan fitur-fitur yang lebih canggih dan dapat menjadi pilihan sebagai tantangan untuk menguasai dunia fotografi digital.
Berdasarkan cara menangkap objek foto kamera digital dibagi menjadi digital single-lens reflex (DSLR) dan kamera digital rangefinder.

Kamera Digital Single-Lense Reflex (DSLR)

Pada kamera jenis ini terdapat cermin datar (reflexing mirror) dibelakang lensa yang berfungsi untuk memantulkan cahaya yang masuk melalui lensa menuju viewfinder (jendela bidik). Saat cahaya melewati lensa kamera, cahaya tersebut jatuh ke cermin datar kemudian dipantulkan ke prisma dan diteruskan ke jendela bidik sehingga gambar yang terlihat di jendela bidik sesuai dengan gambar yang sebenarnya. Ketika gambar diambil, cermin datar nya bergerak naik sehingga rana (Shutter) terbuka dan sensor gambar digital akan ter-ekspos untuk menangkap gambar yang terlihat di viewfinder.
Kamera DSLR

Kamera Digital Rangefinder

Ada 2 jenis kamera Digital Rangefinder: Kamera Coincident Rangefinder dan Kamera Point-and-Shot.
  • Kamera Coincident Rangefinder
Tidak seperti kamera DSLR, kamera jenis ini tidak memungkinkan fotografer untuk melihat objek melalui lensa tetapi menggunakan cermin atau prisma untuk menyatukan gambar yang dilihat melalui viewfinder dan pembidik yang kedua untuk menfokuskan objek. Fotografer akan melihat dua gambar yang bertumpuk satu sama lain di viewfinder dan gambar tidak akan fokus hingga ke dua gambar tersebut menyatu. Keuntungan menggunakan kamera Coincident Rangefinder ini dibandingkan dengan kamera DSLR adalah berkurangnya kamera goyang pada saat mengambil gambar akibat getaran pada cermin pemantul (reflexing mirror). Kamera goyang atau getaran cermin pemantul ditemui pada kamera DSLR sedangkan pada kamera Coincident Rangefinder tidak ditemukan.

Kamera Coincident Rangefinder
 
Contoh Kamera Coincident Rangefinder (Leica M7)
  
  • Kamera Point-and-Shoot
Pada dasarnya kamera Point-and-Shoot mengambil objek gambar tanpa melakukan pengaturan secara manual pada kamera seperti Aperture, Shutter Speed, Focus dan pengaturan lainnya yang dilakukan oleh rutin dilakukan fotografer profesional dengan kamera yang canggih. Kamera Point-and-Shoot secara umum ringan dan kecil, mempunyai flash otomatis yang built-in, tidak ada pengaturan fokus secara manual dan menyertakan layar LCD yang memungkinkan untuk melihat object secara langsung melalui lensa dan image sensor. Dalam bahasa umum kamera jenis ini sering disebut "kamera saku/ kamera poket".
Kamera Point-and-Shoot


Sejarah Fotografi

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (Shutter Speed). Kombinasi antara ISO, Aperture & Shutter Speed disebut sebagai Eksposure.
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Kronologi perkembangan fotografi

  • 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.
  • 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
  • 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
  • 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
  • 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
  • 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
  • 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card).
  • 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
  • 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
  • 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
  • 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
  • 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
  • 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
  • 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
  • 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
  • 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
  • 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
  • 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
  • 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
  • 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
  • 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
  • 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
  • 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
  • 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
  • 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
  • 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
  • 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
  • 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
  • 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
  • 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
  • 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
  • 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
  • 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
  • 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
  • 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
  • 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
  • 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
  • 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
  • 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
  • 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
  • 1952 – Era 3-D film dimulai.
  • 1954 – Leica M diperkenalkan.
  • 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
  • 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST).
  • 1959 – Nikon F diperkenalkan.
  • 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
  • 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
  • 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
  • 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
  • 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
  • 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
  • 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
  • 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
  • 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
  • 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.

Sumber: Wikipedia