Memahami Kode-kode Pada Lensa Kamera DSLR


Understanding Codes - DSLR Camera Lenses
Pada saat pertamakali memasuki dunia kamera DSLR, salah satu aspek yang membingungkan adalah menerjemahkan kode-kode yang tertera dalam label suatu lensa. Dalam artikel kali ini akan dijelaskan beberapa macam lensa dan kode-kode yang terdapat pada lensa tersebut. Untuk contoh kasus nya Saya akan menggunakan lensa Canon.

- Canon EF-S 18-55  f/3.5-5.6  IS
Canon EF-S 18-55 mm f3.5-5.6 IS
Lensa ini biasanya satu paket sebagai lensa kit jika membeli kamera DSLR Canon yang entry level atau pemula seperti Canon 1100D, 550D dan 600D.
Canon EF-S: EF singkatan dari Electro Focus. Lensa model ini di disain khusus untuk kamera DSLR dengan tipe sensor yang kecil (cropped sensor). Jenis lensa ini tidak bisa dipasang di kamera DSLR yang mempunyai sensor full frame seperti Canon 5D atau 1D.
18-55 mm: Adalah range dari focal length lensa (focal length adalah jarak antara pusat optik lensa terhadap titik fokus yang terdapat pada sensor kamera). Focal length 18-55mm pada lensa ini setara dengan focal length 29-88mm pada kamera dengan sensor full frame. Range dari focal length ini cukup fleksibel untuk digunakan sehari-hari.
f/3.5-5.6: Kode ini menjelaskan tentang range dari Aperture lensa atau bukaan lensa. Pada focal length 18mm, lensa mempunyai aperture maksimum f/3.5. Dan pada focal length 55mm, maksimum aperture lensa adalah f/5.6.
IS: Adalah Image Stabilizer, artinya lensa mempunyai kemampuan untuk mengurangi vibrasi atau getaran selama pemotretan sehingga foto yang dihasilkan tetap tajam. Fitur ini sangat berguna khususnya ketika memotret dengan Shutter Speed yang lambat.
- Canon EF-S 17-55 f/2.8 IS USM 
Canon EF-S 17-55 f2.8 IS USM
Jika Anda menjumpai sebuah lensa dengan hanya satu aperture minimum yang ditetapkan, seperti lensa f/2.8, ini berarti bahwa lensa ini memiliki aperture terlebar yang tetap atau tidak berubah. Dari focal length 17mm sampai focal length 55mm, aperture maksimum tetap pada nilai f/2.8.
USM: Singkatan dari Ultrasonic Motor, artinya pada lensa terdapat motor untuk built-in auto fokus. Pada lensa ini auto fokus nya lebih cepat dan motornya tidak berisik.
- Canon EF 50mm f/1.8
Canon EF 50mm f1.8

Lensa diatas memiliki satu jangkauan fokus, yaitu 50mm. Ini berarti bahwa lensa ini bukan lensa zoom atau tidak bisa melakukan zoom. Anda tidak dapat merubah focal length untuk memperbesar atau memperkecil obyek. Untuk melakukannya, Anda harus melakukannya secara manual dengan berjalan menuju atau jauh dari objek. Jenis lensa ini lebih dikenal sebagai prime lens.
Lensa ini juga ditandai dengan kode EF, kebalikan dari EF-S, yang berarti dapat dipasang juga pada kamera yang memiliki sensor full-frame.
- Canon EF 70-200mm f/4 IS USM
Canon EF 70-200mm f4 IS USM

Lensa ini dikategorikan sebagai lensa zoom tele karena memiliki range focal length yang lebar dari 70mm sampai 200mm.
- Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM

f/4.5-5.6L: Kode “L” dikenal juga denga “Luxury”. Lensa Canon dengan kode L artinya lensa mahal yang dibuat untuk keperluan fotografer professional. Lensa -L ini adalah lensa terbaik yang dibuat dengan berbagai focal length dan aperture.
Kode-kode pada lensa yang sudah dijelaskan diatas tidak berlaku secara universal, lensa dengan merek yang lain (selain Canon) akan memberikan kode-kode yang berbeda untuk menjelaskan fitur-fitur pada lensa tetapi itu tidak menjadi masalah karena struktur dari kode-kode nya sama antara satu merek lensa dengan merek lensa yang lain.
Berikut adalah kode-kode yang umum terdapat pada lensa merek yang lain:
HSM: Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya sama dengan USM yaitu auto fokus yang lebih cepat dan motornya tidak berisik. Kode ini digunakan pada lensa keluaran Sigma.
AF-S: Sama dengan kode EF-S, di desain untuk kamera dengan tipe sensor cropped sensor. Kode ini digunakan pada lensa merek Nikon.
SSM: Singkatan dari Supersonic wave Motor. Artinya sama dengan USM yaitu auto fokus yang lebih cepat dan tidak berisik. Kode ini digunakan pada lensa Sony.
AF: Lensa Nikon tanpa auto fokus yang built-in. Pada kamera DSLR Nikon entry leveI seperti D60 dan D5000, lensa dengan kode ini tidak dapat digunakan untuk auto fokus, fokus dilakukan secara manual.
VR: Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini digunakan pada lensa keluaran Nikon.
OS: Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini digunakan pada lensa keluaran Sigma.
VC: Singkatan dari Vibration Compensation, mempunyai fungsi yang sama dengan Image Stabilization. Kode ini digunakan pada lensa Tamron.
DG: Kode lensa yang menjelaskan bahwa lensa tersebut bisa digunakan untuk ke dua tipe sensor yaitu bisa digunakan untuk kamera dengan sensor cropped sensor dan kamera dengan sensor full frame. Kode ini digunakan pada lensa keluaran Sigma.

Tanya Jawab Fotografi Dasar Untuk Pemula (Bagian 1)

Saya ingin membuat foto dengan latar belakang yang blur atau bokeh, bagaimana cara membuatnya?
Jawab:
Foto bokeh bisa dibuat dengan setting-an kamera pada bukaan lensa atau Aperture lebar (angka f-stop kecil) misalnya f/2.8, f/4.0 atau f/5.6.

Saya menggunakan lensa kit standard dan telah menggunakan Aperture yang lebar tetapi background foto nya koq tidak blur ya?
Jawab:
Selain Aperture yang lebar, faktor lain yang mempengaruhi background blur adalah posisi kamera terhadap objek. Cobalah memposisikan objek dekat ke kamera dan latar belakang lebih jauh dari kamera. Atau atur lensa kamera Anda pada focal length terpanjang (untuk lensa kit adalah 55mm).

Kenapa ketika Saya memotret pada malam hari hasil foto nya cenderung kasar dan pecah-pecah?
Jawab:
Coba cek setting-an kamera Anda, biasanya hasil tersebut terjadi jika menggunakan Auto ISO. Pada malam hari (saat cahaya kurang), kamera secara otomatis akan menggunakan ISO yang paling tinggi. Hal ini akan menyebabkan Noise (bintik-bintik) yang terlihat pada foto. Untuk mencegah hal ini gunakan setting-an ISO secara manual, pilih ISO yang rendah, jika terlihat gelap gunakan flash jika diperlukan.

Apa perbedaan antara ASA, ISO dan DIN dalam dunia fotografi?
Jawab:
ASA, ISO dan DIN pada fotografi merupakan ukuran kepekaan media perekam (sensor kamera untuk kamera digital) dalam menangkap gambar atau image.
ISO: International Standard Organization, merupakan kombinasi standard ASA dan DIN untuk menentukan kecepatan negative film berwarna dan foto digital dalam merekam objek, pertama kali digunakan di tahun 1974.
ASA: American Standards Association, digunakan untuk menentukan kecepatan negative film hitam putih dalam merekam objek, pertama kali digunakan di tahun 1943.
DIN: Deutsches Institut fur Normung, standard ini digunakan di Eropa untuk menentukan kecepatan negative film hitam putih dalam merekam objek, pertama kali digunakan tahun 1934.

Kenapa foto Saya terlihat goyang dan blur ketika memotret malam hari?
Jawab:
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh setting-an Shutter Speed kamera yang lambat. Untuk mencegah hal tersebut, coba setting Shutter Speed lebih cepat atau coba naikkan nilai ISO. Dengan ISO yang lebih tinggi, sensor kamera lebih sensitive terhadap cahaya sehingga Shutter Speed dapat lebih cepat. Menggunakan ISO yang tinggi kadang-kadang juga menghasilkan Noise pada foto, solusi berikut nya adalah gunakan flash.

Kenapa ketika Saya menggunakan flash, separuh hasil foto menjadi gelap?
Jawab:
Kejadian ini disebabkan oleh Shutter Speed yang digunakan lebih cepat dari kecepatan sinkron flash. Saat ini kamera DSLR kebanyakan menggunakan kecepatan sinkron flash 1/200 detik. Artinya jika penggunaan flash dapat dioptimalkan ketika Shutter Speed berada dalam kecepatan maksimum 1/200 detik.

Saya berencana membeli flash eksternal, tetapi Saya tidak mengerti istilah GN (Guide Number) untuk flash yang tersedia dipasaran?
Jawab:
Guide Number (GN) merupakan nilai daya cahaya yang optimal dalam menerangi objek. Nilai GN berasal dari nilai Aperture yang dikalikan dengan jarak maksimum flash yang dapat menerangi objek pada pengaturan ISO 100. Sebagai contoh, dalam sebuah flash dengan GN 43; jarak cahaya yang optimal dapat menerangi obyek ketika sebuah lensa kamera dikonfigurasi pada pembukaan Aperture f/5.6. Anda kemudian dapat menghitung jarak dengan membagi GN dari 43 dengan ukuran lobang f/5.6, yang akan menghasilkan nilai sebesar 7,6 meter. Semakin besar nilai GN, semakain jauh flash dapat menerangi objek.

Kenapa pada saat Saya memotret menggunakan lensa tele, foto yang dihasilkan cenderung lebih mudah blur dan goyang jika dibandingkan ketika menggunakan lensa sudut lebar (Wide Angle)? Apa solusi masalah ini?
Jawab:
Ketika Anda menggunakan lensa tele, sekecil apapun goyangan pada kamera akan menghasilkan foto yang blur dan goyang. Salah satu tips untuk mendapatkan foto yang tajam adalah menggunakan Shutter Speed dua kali dari focal length lensa, contoh jika Anda menggunakan lensa dengan focal length 200mm maka Shutter Speed yang dipilih adalah 2 x 200 yaitu 1/400 detik. Solusi lainnya adalah menggunakan lensa dengan fitur “Image Stabilizer” atau “Vibration Reduction”, serta coba juga menggunakan tripod atau monopod untuk mengurangi getaran.

Saya sudah menggunakan lensa dengan fitur “Image Stabilizer” dan juga menggunakan tripod ketika memotret tetapi kenapa foto yang Saya hasilkan tetap blur dan goyang?
Jawab:
Jika Anda menggunakan lensa dengan fitur “Image Stabilizer”, Anda tidak perlu lagi menggunakan tripod untuk memotret. Atau jika Anda menggunakan tripod, pastikan Anda mematikan fitur “Image Stabilizer” terlebih dahulu.

Antara Canon dan Nikon and Canon mana yang lebih unggul?
Jawab:
Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh fotografer pemula ketika mereka ingin mulai belajar. Mana yang benar-benar lebih baik? Sebenarnya tidak ada jawaban yang pasti dari pertanyaan klasik ini. Semuanya tergantung dari para pemakai nya sendiri atau “The man (or woman) behind the camera”, tidak ada merek kamera yang lebih bagus atau lebih jelek. Kamera hanyalah alat untuk mencapai tujuan, dan tanpa fotografer, kamera hanyalah sebagai pajangan yang tidak menghasilkan apapun. Bagaimanapun hi-tech nya atau canggihnya kamera, jika user atau pemakainya tidak ahli menggunakan maka foto yang dihasilkan tidak akan lebih baik dari karya yang dihasilkan kamera low-end atau kamera dengan teknologi rendah.

Jadi jika Saya ingin membeli kamera untuk pertama kalinya, apa yang menjadi pertimbangan?
Jawab:
Jawaban ini dapat Anda temukan dalam artikel Pertimbangan Sebelum Membeli Kamera Digital dan Panduan Memilih Kamera Digital.

Bersambung....

Tips Selalu Terlihat Sempurna Saat Difoto

Tips-tips berikut dapat juga dijadikan pedoman bagi foto model Anda agar terlihat sempurna saat difoto :

Menghadap ke kanan
Sebuah penelitian AS yang dilakukan oleh Wake Forest University menemukan, sisi kiri wajah lebih menarik daripada yang kanan. Sepertinya, sisi kiri menunjukkan emosi yang lebih banyak. Jadi, untuk mendapatkan foto wajah yang sempurna, menolehlah sedikit ke kanan untuk menunjukkan sisi “terbaik” kamu. Ini juga dapat membantu memberikan ilusi wajah lebih ramping bagi mereka yang memiliki wajah bulat.

Pilih riasan dengan hati-hati
Untuk penampilan sempurna yang siap-foto, pastikan kamu menghindari alas bedak yang memantul atau berbahan mineral yang mengandung titanium dioksida (pigmen reflektif) dalam jumlah tinggi. Meskipun alas bedak baik untuk tampilan bercahaya sehari-hari, lampu kilat kamera dapat dengan cepat mengubah kulit berembun kamu menjadi pucat seperti hantu ketika cahaya putih memantul kembali dari kamera.

Tonjolkan fitur terbaik kamu
Untuk tampil penuh pesona dalam foto, pastikan kamu menegaskan fitur favoritmu untuk membuatnya terlihat menonjol dalam foto. Coba bermain dengan eyeliner atau bulu mata palsu. Atau, pulas bibirmu dengan lipstik berwarna mencolok. Jangan lupa, tonjolkan bentuk terbaik tubuhmu dengan pakaian yang mendukung bentuk dan warna tubuh.

Jangan melihat ke arah lensa
Tidak ada yang mau matanya terlihat merah atau setengah tertutup karena akan merusak foto, jadi pastikan kamu menghindari hal tersebut dengan memfokuskan mata sedikit ke atas atau bawah lensa. Melihat langsung ke lensa dapat menyebabkan cahaya menyinari retina, yang dapat membuat efek mata merah atau red eye. Melihat sedikit menjauh dari kamera juga akan mengurangi risiko untuk setengah berkedip saat dipotret.

Hindari foto red eye
Mata Anda bisa terlihat merah karena pantulan cahaya dari belakang mata. Kamu yang memiliki pupil besar lebih rentan mendapatkan masalah tersebut. Jika mengalihkan pandangan dari kamera tidak berhasil, cara lain untuk mengurangi efek mata merah adalah pastikan foto di ambil dalam tempat yang cukup terang atau lihatlah cahaya yang terang sesaat sebelum melakukan pemotretan untuk membuat pupilmu mengecil.

Hindari terlihat memiliki dagu berlipat
Tidak ada yang lebih buruk dari melihat fotomu dengan dagu berlipat. Namun sayangnya hal ini sering terjadi pada kita. Untuk menghindari munculnya dagu berlipat dalam foto, pastikan bahwa kamera berada di atas atau sejajar dengan mata. Dan juga cobalah sedikit mendongakkan kepala dan tonjolkan sedikit rahang — kamu mungkin harus melatih ini terlebih dahulu di depan cermin agar tetap terlihat alami!

Hindari cahaya langsung
Mungkin kita tidak bisa selalu dapat mengatur pencahayaan untuk pemotretan dan, kecuali kamu kebetulan menjadi model profesional, kemungkinan besar kamu tidak akan dibantu oleh seseorang untuk memastikan cahaya yang tepat dalam pemotretan. Namun, sangat penting untuk diingat bahwa cahaya langsung dari atas dapat menyebabkan bayangan pada wajah dan menonjolkan bayangan di bawah mata. Pilihlah tempat dengan pencahayaan lembut atau tempat yang teduh jika di luar ruangan.

Berpose seperti seorang profesional
Jika kamu berpose untuk foto badan secara keseluruhan, cobalah gaya klasik selebritas dengan membalikkan tubuhmu tiga perempat dari kamera, dengan satu bahu lebih dekat dengan kamera dan satu kaki di depan kaki yang lain. Ini akan membuat tubuhmu terlihat lebih langsing daripada jika kamu menghadap ke kamera secara langsung. Cobalah menjaga punggung tetap lurus dengan bahu ke belakang dan perut ditahan ke belakang (tapi jangan terlalu membusung karena akan terlihat dibuat-buat).

Kuasai senyum yang sempurna
Banyak dari kita yang fokus pada mulut ketika tersenyum, namun, meminjam istilah dari supermodel Tyra Banks, yang paling penting adalah "smize atau smiling with your eyes (tersenyum dengan mata). Daripada memaksa untuk tersenyum, pikirkan sesuatu yang membuat kamu bahagia untuk mendapatkan senyum yang lebih alami. Kamu juga mungkin ingin menyempurnakan senyummu sendiri agar menonjolkan kelebihanmu. Misalnya, senyum berseri akan terlihat sangat bagus untuk orang dengan gigi rapi, sementara setengah tersenyum yang lebih santai akan membuat mata kecil terlihat lebih besar dan bibir tampak lebih penuh.

Praktikkan posemu
Jika kamu benar-benar ingin menghasilkan foto yang sempurna, hal terbaik yang dapat kamu lakukan adalah berlatih terlebih dahulu. Berlatihlah dengan mimik wajah dan sudut tubuh, senyum dan ekspresi wajah yang berbeda untuk menemukan apa yang dapat membuatmu terlihat memesona, baik di depan cermin atau dengan kamera sendiri. Setelah kamu menemukan penampilan paling kamu sukai, kamu siap untuk menggunakan pose andalanmu tersebut di setiap kesempatan foto, pastikan kamu selalu terlihat sempurna.


Sumber: Yahoo!SHE


Memahami Mode Aperture Priority Dalam 3 Langkah

Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang mode Aperture Priority (Av) lebih detail yang merupakan kelanjutan dari artikel “Mengenal Mode Pada Kamera DSLR” khususnya penjelasan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan mode Aperture Priority.
Aperture Priority Mode
Mode Aperture Priority

Langkah 1
Apa itu mode Aperture Priority?
Dalam mode Aperture Priority, Anda dapat mengontrol setting-an Aperture (f-stop) sementara itu kamera sendiri akan mengontrol Shutter Speed and ISO secara otomatis
Setting-an kamera yang lain seperti flash, white balance, metering dan fokus dapat dikontrol oleh kamera atau oleh Anda sendiri.

Langkah 2
Kontrol Depth-of-Field (kedalaman gambar)
Sunrise Portland, Maine
Foto Makanan dan Cangkir: Dalam mode Aperture Priority, Aperture yang besar (nilai f-stop kecil) akan memberikan Depth-of-Field yang sempit atau menimbulkan efek blur pada background dan fokus pada foreground atau sebaliknya.
Meditate by Lisadragon: Meditate by Lisadragon
Foto Sunrise: Gunakan Aperture yang kecil (nilai f-stop besar) ketika memotret dengan mode Aperture Priority untuk mendapatkan Depth-of-Field yang sama antara background dan foreground.
Alasan utama memotret dengan mode Aperture Priority adalah ketika Anda ingin mengontrol Depth-of-Field dari objek.
Ingat, bahwa setting-an eksposure, aperture, shutter speed dan ISO masing-masing nya mempunyai efek yang kreatif terhadap foto yang Anda hasilkan. Untuk aperture, efek kreatifnya adalah Anda dapat mengganti Depth-of-Field seperti menghasilkan efek bokeh atau blur pada background.
Karena itu, dalam mode Aperture Priority:

Gunakan Aperture yang besar (nilai f-stop kecil) jika Anda ingin mendapatkan depth-of-field yang sempit

Cara ini sangat menolong jika Anda ingin mendapatkan foto bokeh atau blur di area sekitar objek foto seperti potret wajah atau produk.

Gunakan Aperture yang kecil (nilai f-stop besar) jika Anda ingin mendapatkan depth-of-field yang luas atau depth-of-field yang sama antara background dan foreground

Cara ini digunakan untuk memperoleh foto dengan detail dan ketajaman yang sama antara background dan foreground, seperti foto pemandangan.

Langkah 3
Pengaturan Untuk Kondisi Pencahayaan Yang Kurang
Monument Square, Portland, Maine
Foto monument Square, Portland, Maine: Dalam mode Aperture Priority, gunakan Aperture yang besar (f-stop kecil) dalam kondisi pencahayaan yang kurang, seperti pada foto ini yang diambil pada f2.7
Alasan kedua menggunakan mode Aperture Priority adalah ketika Anda ingin memotret dalam kondisi pencahayaan yang kurang.
Ingat bahwa Aperture adalah ukuran bukaan lensa untuk mengatur tingkat cahaya yang masuk ke kamera. Aperture yang besar (f-stop kecil) akan menghasilkan cahaya yang banyak masuk ke kamera karena bukaan lensa besar sedangkan Aperture yang kecil (f-stop besar) akan menghasilkan cahaya yang sedikit masuk ke kamera karena bukaan lensa yang kecil. Untuk lebih detail tentang Aperture, Anda dapat melihat dalam artikel sebelumnya tentang "komponen dasar kamera DSLR".
f-stop dan tingkat cahaya yang masuk

Jika Anda memotret dalam kondisi pencahayaan yang kurang, seperti dalam ruangan atau malam hari, gunakan f-stop yang lebih kecil hingga Anda mendapatkan eksposur yang diinginkan


Ringkasan:
Jika Anda ingin memotret dalam mode Aperture Priority, tanyakan pada diri Anda…
Apakah Saya ingin dept-of-field yang dangkal sehingga area diluar objek menjadi blur?
Jika Ya, gunakan Aperture yang besar (f-stop kecil).
Apakah Saya ingin mendapatkan depth-of-field yang luas sehingga semua area dalam foto mmpunyai ketajaman yang sama?
Jika Ya, gunakan Aperture yang kecil (f-stop besar).
Apakah Saya memotret dalam kondisi pencahayaan yang kurang dan ingin memanfaatan cahaya yang tersedia?
Jika Ya, pilih Aperture yang lebih besar (f-stop lebih kecil) hingga mendapatkan eksposur yang diinginkan.

Memahami Mode Shutter Priority Dalam 2 Langkah

Pada artikel sebelumnya tentang “Mengenal Mode Pada Kamera DSLR” telah dibicarakan tentang perbedaan mode pemotretan pada kamera DSLR. Artikel ini akan membahas mode Shutter Priority (Tv/Sv) lebih detail, khususnya akan dijelaskan kapan waktu terbaik bagi Anda untuk menggunakan mode Shutter Priority.
Shutter Priority Mode
Mode Shutter Priority
Langkah 1
Apa itu mode Shutter Priority?
Dalam mode Shutter Priority Anda dapat mengontrol setting-an Shutter Speed, sedangkan kamera akan mengontrol Aperture dan ISO secara otomatis. Setting-an kamera yang lain seperti flash, white balance, metering dan fokus dapat diatur oleh Anda sendiri atau kamera.

Langkah 2
Mengaburkan (Blur) atau Membekukan (Freeze) Objek yang Bergerak
Ferris Wheel Motion Blur
Contoh Blur pada objek yang bergerak dengan menggunakan Shutter Speed yang lambat
Water Motion Freeze
Contoh Freeze pada objek yang bergerak dengan menggunakan Shutter Speed yang cepat
Waktu yang tepat bagi Anda untuk menggunakan mode Shutter Priority adalah ketika Anda ingin memiliki kontrol atas gerakan pada objek Anda.
Ingat bahwa pengaturan Exposure, Aperture, Shutter Speed, dan ISO masing-masing memiliki "efek kreatif" pada foto Anda. Untuk Shutter Speed rana, yang "efek kreatif" nya adalah memungkinkan Anda untuk "membekukan" gerak objek atau membuat gerakan objek menjadi "blur".

Untuk itu dalam mode Shutter Speed:
Jika Anda ingin menampilkan gerakan objek yang blur pada foto, maka gunakan Shutter Speed yang lambat

Jika Anda ingin membekukan gerakan objek pada foto, maka gunakan Shutter Speed yang cepat

Pada kedua kondisi diatas, Shutter Speed yang Anda gunakan tergantung dari beberapa factor termasuk seberapa banyak blur yang Anda inginkan dan seberapa cepat objek bergerak.

Ringkasan
Jika Anda ingin memotret dengan mode Shutter Priority, tanyakan pada diri Anda:
Apakah Saya ingin menampilkan blur pada foto? Jika Ya, pilih Shutter Speed yang lebih lambat.
Apakah Saya ingin membekukan gerakan objek? Jika Ya, pilih Shutter Speed yang lebih cepat.

Tips Menghindari Goyangan (Shake) Pada Kamera Selama Pemotretan

Catatan ini adalah terjemahan dari artikel oleh Natalie Norton yang diunggah di Digital Photography School. Dalam artikel inii diulas 6 teknik memegang kamera untuk menghindari goyangan pada kamera (camera shake) sehingga memungkinkan Anda memperoleh gambar yang tajam meskipun menggunakan shutter speed yang rendah.Saya selalu bergerak dan bergoyang. Hal itu tetap saja terjadi ketika saya sedang membidik dengan kamera. Saya sering berputar-putar, menekuk tubuh, memanjat (ke kursi atau meja), atau melompat. Lebih dari itu, saya juga tidak memiliki lengan yang kuat.
Oleh karena itu saya selalu berusaha memilih memilih lensa dengan VR (Vibration Reduction) atau IS (Image Stabilizer). Meskipun harganya lebih mahal, tapi fitur IS (VR) itu sangat berguna. IS (VR) merupakan fitur yang layak dibeli oleh seorang fotografer profesional. Namun IS (VR) tidak dapat menyelesaikan semua masalah. Untuk pemotretan dengan shutter speed rendah, sebaiknya gunakan tripod.
Namun dalam berbagai kesempatan, momen menarik terjadi saat tidak tersedia tripod. Oleh karena itu tetap diperlukan teknik-teknik untuk mencegah terjadinya goyangan.

Berikut ini 6 tips untuk mengurangi goyangan pada kamera selama pemotretan:


1. Merapatkan siku
Usahakan untuk selalu menarik & merapatkan siku ke tubuh. Tarik nafas dan tahan saat menekan shutter. Teknik pengaturan napas ini akan sangat berpengaruh saat memotret menggunakan speed lambat dan bukaan aperture lebar. Untuk meningkatkan kestabilan, saya selalu merapatkan siku dan menempelkannya ke dada.

2. Jaga posisi pundak kiri
Saya biasa membidik menggunakan mata kanan. Namun tips yang saya peroleh dari Joe McNally dalam artikelnya “The Moment It Clicks” mengharuskan saya untuk menggunakan mata kiri sebelum benar-benar membidik. Ketika melakukan ini, secara otomatis pundak kiri terangkatdan saya bisa merasakan perubahannya hingga ke tulang rusuk. Untuk menambah kestabilan, tarik sikukanan hingga merapat ke dada. Teknik pernapasan tetap harus dilakukan: Tarik napas dan tahan saat menekan shutter.

3. Membentuk Tripod dengan Lutut
Kestabilan seperti sebuah tripod dapat diperoleh dengan meletakkan siku pada lutut pada posisi duduk di tanah. Pastikan siku yang satunya merapat ke tubuh untuk meningkatkan kestabilan.

4. Tiarap
Gambar di bawah ini menunjukkan posisi yang paling stabil dan teknik paling efektif untuk menghindari goyangan kamera. Masalahnya, sudut pandang yang diperoleh dari posisi ini mungkin tidaksesuai dengan yang diharapkan. Lensa harus ditopang sedemikian agar cukup memperoleh kemiringan. Pada gambar kiri, saya meletakkan tangan di bawah lensa untuk menjadi penopang. Jika kemiringan yang diperoleh masih belum cukup, saya akan mengepalkan tangan dan menjadikannya penopang lensa sebagaimana tampak di gambar sebelah kanan.

5. Memegang senapan mesin
Teknik seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut biasanya diistilahkan dengan memegang senapan mesin. Saya jarang sekali menggunakan teknik ini karena menurut saya aneh dan sulit untuk mempertahankannya lebih daripada satu atau dua detik. Namun mungkin saja teknik ini cocok untuk anda gunakan, jadi ... silakan mencoba.

6. Membuai
Dalam gambar berikut, saya menopang dan seakan-akan membuai lensa di antara pundak dan pergelangan tangan (bhs Inggris: cradle – red). Kestabilan tambahan diperoleh dengan mengatur keseimbangan antara siku dan lutut.



Sumber: http://fotografi-dasar.blogspot.com.au/


Tips Foto Yang Bagus


Ada yang bertanya,"Kriteria foto yang bagus itu seperti apa sih?"

Well, sebetulnya agak bingung juga menjawabnya. Soalnya ada banyak sekali kategori dalam fotografi & kondisinya bisa berbeda-beda. Foto yang bagus belum tentu indah, anak korban kelaparan di Ethiopia jelas bukan pemandangan yang indah, tapi toh banyak yang bilang fotonya bagus. Secara umum, mungkin bisa dikatakan bahwa foto yang bagus adalah jika "pemirsa menangkap makna yang ingin diabadikan oleh fotografer lewat fotonya"

Kalau mau agak panjang sedikit, kita coba lihat dari elemen-elemennya:
  • Pencahayaan
    Cahaya - termasuk white balance - harus sesuai dengan efek yang ingin ditimbulkan. Ada yang ingin menimbulkan kesan horror/ spooky, jadi tentunya cahaya juga dibuat remang-remang
  • Komposisi
    Elemen-elemen dalam foto harus saling mendukung sehingga menimbulkan kesan yang sesuai dan membawa pesan yang ingin disampaikan
  • Kejelasan
    Bisa juga disebut kesederhanaan. Pemirsa dapat menangkap dengan jelas apa yang ingin disampaikan oleh fotografer. Caranya dengan menunjukkan yang mana POI (Pount of Interest) dan mana elemen pendukungnya.
  • Keunikan
    Banyak obyek yang pada dasarnya menarik dan sering diabadikan, misalnya monumen, bangunan, model yang cantik, atau landscape. Untuk itu, setiap fotografer harus bisa menemukan sesuatu yang unik agar berbeda dengan karya lainnya
  • Cerita
    Jika yang diabadikan bukan obyek tunggal, harus jelas kisah yang ingin disampaikan melalui foto
  • Momen
    Banyak foto yang berharga sebetulnya tidak terlalu bagus dalam hal teknis, namun mengabadikan momen penting yang tak terulang. Misalnya foto tsunami atau WTC 9/11. Jadi penting bagi para fotografer untuk membawa kamera ke mana pun :-)

4 Langkah Memotret Dalam Cahaya Rendah

Dalam dunia fotografi kadang ditemui situasi-situasi yang memiliki sedikit cahaya atau tingkat cahaya yang rendah, ingat bahwa fotografi adalah semua tentang sistem perekaman dan penangkapan cahaya. Oleh karena itu pengaturan cahaya yang rendah menciptakan tantangan yang relatif besar untuk fotografi. Namun ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi hal ini dan untuk memaksimalkan cahaya yang tersedia.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pemotretan untuk mengatasi tingkat cahaya yang rendah agar terhindar dari foto yang under-exposed (foto terlihat lebih gelap).

Langkah 1:
Gunakan ISO yang tinggi
Jika Anda menemukan objek dengan tingkat cahaya yang rendah, mulai dengan menaikkan ISO.
Foto dengan ISO1600, noise terlihat dalam foto tapi masih bisa diterima

Naikkan ISO ke nilai dimana noise pada foto masih bisa diterima
Jika penggunaan ISO sudah optimal tetapi foto Anda masih under-exposed, gunakan langkah berikut.

Langkah 2:
Gunakan Aperture yang Lebih Besar
Aperture dan tingkat pencahayaannya

Aperture yang lebih besar berarti lensa mempunyai bukaan yang lebih besar pula dimana cahaya yang masuk ke dalam kamera lebih banyak. Aperture yang lebih besar ditandai dengan nilai f-stop yang lebih kecil (contoh: Aperture f1.4 mempunyai bukaan lensa yang lebih besar dari pada f16). Perlu diingat juga bahwa dengan menaikkan Aperture maka akan menurunkan kedalaman foto (depth-of-field).

Pilih f-stop yang paling rendah yang akan memberikan Anda kedalam foto (depth-of-field) yang Anda inginkan


Jika dengan menurunkan f-stop ke nilai paling kecil dan foto Anda masih under-exposed, maka lakukan langkah berikut.

Langkah 3:
Gunakan Shutter Speed yang Lebih Lama
Shutter Speed yang lebih lama akan meningkatkan durasi cahaya yang direkam oleh kamera. Mungkin Anda berpikir bahwa hanya cukup dengan Shutter Speed yang lama Anda dapat mengambil gambar dalam situasi cahaya minim. Hal tersebut benar, akan tetapi alasan mengapa pengaturan Shutter Speed tidak dilakukan sebagai langkah awal untuk memotret dalam situasi rendah cahaya adalah karena hal tersebut bergantung pada objek yang blur dan harus memiliki alat pen-stabil kamera (contoh: tripod,dll). Jika hanya mengandalkan pegangan dengan tangan pada saat Shutter Speed yang lama akan mengakibatkan kamera goyang yang nantinya akan menghasilkan foto yang blur atau tidak tajam.
Penggunan Shutter Speed 10 detik mendapatkan eksposur yang tepat untuk memotret dimalam hari
Pilih Shutter Speed yang lebih lama, maka Anda akan menghasilkan foto yang tajam

Langkah 4:
Gunakan Flash
Jika Anda sudah melakukan langkah-langkah sebelumnya tetapi foto yang Anda hasilkan masih under-exposed maka langkah berikutnya adalah penggunaan Flash.
Kamera dengan Flash eksternal
Namun banyak tempat yang mempunyai pencahayaan yang rendah, seperti dalam ruangan, yang tidak mengizinkan penggunaan Flash. Untuk alasan ini, penggunaan Flash adalah opsional dan pilihan terakhir.
Dengan penggunaan Flash ekternal, Anda dapat memotret dalam situasi pencahayaan apapun yang Anda temui
Setiap dua kali lipat ISO maka akan menggandakan nilai eksposur foto. Banyak kamera digital mempunyai setting ISO lebih dari 3200 yang memberikan eksposur yang tepat dalam cahaya yang rendah. Kelemahan dalam penggunaan ISO yang tinggi adalah Anda akan mendapatkan noise (bintik-bintik) pada foto, akan tetapi Anda tidak usah khawatir dalam menggunakan ISO yang tinggi karena saat ini sudah banyak beredar software untuk mengurangi efek noise pada foto. 

13 Alasan Kenapa Anda Harus Memiliki Kamera DSLR

Jika Anda ingin meningkatkan dan mengembangkan karir fotografi Anda, adalah penting bagi Anda untuk memiliki kamera DSLR (Digital Single-Lens Reflex). Dibandingkan dengan kamera point-and-shoot atau kamera saku, DSLR memberikan Anda banyak keuntungan yang akan membantu Anda berkembang dalam karir fotografi Anda.
Kelemahan utama dari DSLR dibandingkan dengan kamera compacts (kamera prosumer) dan kamera point-and-shoot adalah dalam hal harga. Namun saat ini Anda dapat membeli kamera DSLR untuk entry level (pemula) yang harganya hampir sama dengan harga kamera prosumer (contoh: Kamera DSLR Canon 1100D). Karena harganya hampir sama, satu-satunya kelemahan dari digital SLR sekarang adalah bobot dan ukurannya.
Artikel ini tidak melarang Anda untuk membeli sebuah kamera point-and-shoot, hal tersebut malah dianjurkan bagi Anda untuk memilikinya sebagai kamera sekunder bila Anda tidak ingin / perlu untuk membawa kamera DSLR yang ukurannya lebih besar. Namun, untuk tujuan memajukan dan berkemb dalam dunia fotografi, DSLR adalah pilihan terbaik Anda.
Berikut adalah alasan-alasan kenapa Anda harus memiliki kamera DSLR jika dibandingkan dengan kamera point-and-shoot dan kamera prosumer.
1.     Memiliki Sensor Gambar (Sensor Image) yang Besar
Mengapa full frame dari kamera DSLR memiliki gambar lebih baik dari kamera yang lebih kecil seperti compacts atau ponsel? Ini karena sensor gambar yang lebih besar pada kamera DSLR. Sensor gambar yang lebih besar berarti area permukaan untuk menyimpan cahaya lebih banyak sehingga kualitas gambar lebih baik.
2.     Memiliki Fleksibilitas Dalam Penggantian Lensa (Interchangeable Lens)
Lensa sama pentingnya dengan body kamera itu sendiri. Kamera DSLR memiliki fleksibilitas untuk meng-upgrade kamera Anda hanya dengan mengganti lensa. Dengan body kamera yang sama Anda dapat manghasilkan foto Macro, foto dengan sudut yang luas (Wide Angle), dll hanya dengan mengganti lensa kamera yang sesuai.
3.     Kualitas Lensa yang Lebih Bagus
Seberapa majunya teknologi, lensa yang lebih kecil pada kamera point-and-shoot tidak akan menghasilkan kualitas yang sama dengan lensa yang lebih besar pada kamera DSLR.
4.     Full Manual Control
Jika Anda ingin menjadi fotografer yang lebih baik, Anda harus mengetahui dan memahami cara mengoperasikan kamera Anda dalam mode Full Manual. Untuk alasan ini, kamera DSLR yang satu-satunya cara untuk pergi untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan untuk mengoperasikan kamera dalam mode Full Manual.
5.     Memiliki File Gambar Dalam Format RAW
Pada dasarnya dengan format RAW, Anda dapat mengedit foto Anda setelah memotret (post processing) tanpa kehilangan kualitas gambar jika dibandingkan dengan format JPEG. Walaupun ada beberapa kamera point-and-shoot yang menawarkan format RAW namun untuk DSLR semuan jenisnya memiliki format RAW.
6.     Lebih Nyaman Dalam Memegang Kamera
Memegang kamera DSLR lebih nyaman terasa di tangan jika dibandingkan dengan kamera point-and-shoot, hal ini disebabkan oleh ukuran kamera DSLR yang lebih besar dan lebih berat sehingga memberikan kenyamanan bagi Anda dalam memegangnya.
7.     Tidak Ada Shutter Lag
Shutter Lag adalah jeda waktu ketika Anda menekan tombol Shutter dan waktu sensor mulai merekam gambar, itu hanya terjadi pada kamera point-and-shoot dan kamera prosumer. Dengan kamera DSLR, tidak ada Shutter Lag, saat Anda menekan tombol Shutter saat itu pula lah gambar mulai direkam.
8.     Flash Eksternal
Fotografi adalah tentang cahaya. Jika Anda tidak memiliki cahaya yang Anda butuhkan, Anda dapat menggunakan pencahayaan eksternal. DSLR unggul dalam sinkronisasi Flash eksternal dengan kamera. Anda dapat memasang langsung di body kamera atau melakukan sinkronisasi jarak jauh yang akan memberikan semua manfaat dalam pencahayaan eksternal.
9.     Memiliki Tingkatan Eksposure
Mampu mengambil gambar dengan beberapa eksposur merupakan nilai tambah jika Anda ingin menghasilkan gambar HDR (High Dynamic Range), kamera DSLR mampu melakukan ini.
10.  Fokus Manual
DSLR memberikan Anda kemampuan untuk melakukan fokus manual pada objek Anda. Hal ini sangat berguna dalam situasi cahaya rendah ketika fokus otomatis sulit mengunci pada objek Anda.
11.  Waktu Start Up Kamera yang Lebih Cepat
Apakah Anda pernah kehilangan momen berharga saat menunggu kamera Anda dinyalakan? Dengan DSLR, waktu Start Up kamera lebih cepat dibandingkan dengan kamera point-and-shoot.
12.  Fokus Auto Lebih Cepat
Ketika beralih ke fokus auto, DSLR lebih cepat fokus dibandingkan kamera point-and-shoot dan kamera prosumer pada saat mengambil gambar secara bersamaan.
13.  Zoom Lebih Cepat
Zoom manual dengan DSLR lebih cepat dan lebih tepat daripada zoom secara elektronik dengan kamera point-and-shoot.