Elemen Komposisi Dalam Fotografi (Bagian 3)

Setelah sebelumnya mempelajari elemen garis, bentuk dan wujud selanjutnya akan dibahas tentang elemen tekstur dan pola.

4. Elemen Tekstur (Texture)
Elemen tekstur memberikan kesan tiga dimensi, cenderung abstrak dan memberikan kedalaman gambar terhadap objek jika melakukannya dengan pencahayaan yang benar. Tekstur dapat dilihat jelas pada dua sisi yang berbeda yaitu tekstur yang ditemukan jika fotografer mendekatkan diri pada objek untuk memperbesar yang dilihat dan tekstur dimana fotografer menjauhi objek untuk melihat pemandangan yang luas. Tekstur juga dapat dilihat ketika cahaya mengenai permukaan dengan sudut yang rendah atau ketika objek diterangi oleh sumber cahaya yang miring untuk membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
Penerapan Elemen Tekstur (Tekstur Karpet dengan Cahaya dari Samping)
5. Elemen Pola (Pattern)
Pola merupakan pengulangan dari elemen bentuk, wujud dan tekstur yang merupakan elemen visual yang dapat menarik perhatian. Dalam kehidupan sehari-hari suatu pengulangan kadang menimbulkan sedikit kebosanan namun apabila diterapkan dalam fotografi pengulangan tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan indah untuk dilihat. Rahasia dari penggunaan pola dalam gambar adalah menemukan variasi yang mampu menarik perhatian pemerhati tapi perlu diingat bahwa terlalu banyak keseragaman pola akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan.
Penerapan Elemen Pola

Elemen Komposisi Dalam Fotografi (Bagian 2)


Dalam postingan sebelumnya telah dibahas tentang Garis (Line) sebagai salah satu elemen komposisi dalam penyusunan sebuah gambar, selanjutnya akan dibahas tentang elemen berikutnya yaitu elemen Bentuk (Shape) dan Wujud (Form).

2. Elemen Bentuk (Shape)
Cara objek terhubung satu sama lain yang membentuk suatu bidang 2 dimensi dalam gambar menjadi suatu bentuk dapat menarik mata untuk mengidentifikasi objek. Dengan komposisi bentuk maka gambar akan terkesan lebih dinamis, seimbang, tertata dengan baik dan menarik untuk dilihat. Contoh penerapan elemen komposisi bentuk dalam gambar adalah ketika memotret 3 orang sekaligus dalam satu foto, jika ketiganya diatur berdiri sama tinggi maka akan mendapatkan sebuah foto yang kaku dan kurang enak dipandang. Lain halnya jika ketiganya disusun membentuk sebuah segitiga maka secara keseluruhan gambar anda akan tampak lebih dinamis, seimbang dan menarik.
Penerapan Elemen Bentuk (Shape)

3. Elemen Wujud (Form)
Pada dasarnya elemen wujud (Form) merupakan 3 dimensi dari elemen bentuk (Shape). Elemen wujud adalah ketika kita melihat 3 dimensi dari objek dalam gambar dan elemen tersebut akan memberikan kedalaman fokus dari gambar. Seperti contoh bentuk sebuah jeruk terlihat seperti bola (3 dimensi) dan bukan seperti sebuah piringan (2 dimensi). Untuk menekankan bentuk subjek dalam fotografi, penggunaan cahaya dan bayangan sangat penting diperhatikan.
Penerapan Elemen Wujud (Form), objek terlihat seperti 3 dimensi
Bersambung...



Elemen Komposisi Dalam Fotografi (Bagian 1)

Komposisi dapat diartikan sebagai cara penataan elemen-elemen dalam gambar sehingga gambar yang dihasilkan mempunyai makna, berkualitas, penuh estetika dan pesan yang disampaikan oleh fotografer dapat ditangkap oleh orang yang melihat gambar tersebut. Elemen-elemen dalam gambar mencakup garis (line), bentuk (shape), wujud (form), tekstur (texture) dan pola (pattern). Cara penataan komposisi dalam Viewfinder (jendela bidik) akan diinterprestasikan kemudian setelah gambar tersebut dicetak. Hal yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan dampak visual (visual impact) bagi orang yang melihat gambar tersebut atau dengan kata lain si fotografer mampu menampilkan perasaan dan ekspresi nya melalui media foto.

1. Elemen Garis (Line)
Garis merupakan elemen yang terpenting dari elemen yang lain karena tanpa garis tidak akan ada bentuk, tanpa ada bentuk tidak akan ada wujud dan tanpa garis serta bentuk tidak akan ada pola (pattern). Sehari-hari kita selalu melihat elemen garis, hanya mungkin karena terlalu terbiasa mata kita tidak menyadarinya. Horison (garis cakrawala), alur sungai, garis pantai, pematang sawah, jalan, rel kereta api, tangga, gedung, ubin keramik dan lainnya. Garis ada dimana-mana. Pada dasarnya garis bisa dibagi menjadi 4 jenis: vertikal, horisontal, diagonal dan lengkung.
Garis Vertikal
Garis vertikal menginterpretasikan kesan yang bermartabat, kemegahan, kekuasaan dan penuh kekuatan. Garis ini dapat ditemukan di gedung-gedung, pohon, pagar, orang berdiri, dll.
Elemen Garis Vertikal
Garis Horizontal
Menunjukkan ketenangan, kedamaian, permanen dan kokoh seperti orang yang tidur berbaring di rerumputan, bunga-bunga di lapangan, kelandaian padang pasir atau danau. Hindari penggunaan garis horizontal tepat ditengah-tengah gambar karena akan memberikan kesan yang kaku. 

Elemen Garis Horizontal
Garis Diagonal
Garis ini memberikan sensasi kekuatan, energi dan gerak seperti yang terlihat di pohon-pohon dibengkokkan oleh angin, pelari di garis start atau lereng gunung seperti naik ke langit. Selain itu garis diagonal dapat juga digunakan untuk menuntun mata menuju objek utama yang akan ditunjukkan. Dengan mengetahui elemen ini fotografer dapat membuat kesan kekuatan, energi dan gerak dengan mudah yaitu dengan memiringkan kamera untuk membuat obyek tampak berada di garis diagonal.
Elemen Garis Diagonal
Garis Lengkung
Garis lengkung memiliki karakter yang dinamis dan tidak kaku seperti elemen garis yang lainnya. Elemen ini memberikan sentuhan estetika yang tinggi pada gambar. Contoh objek dengan garis lengkung banyak ditemui di alam seperti bentuk gunung, lekukan pantai, ujung daun, dll
Elemen Garis Lengkung

11 Tips Untuk Fotografer Pemula

Untuk fotografer pemula yang ingin belajar lebih lanjut untuk menjadi fotografer profesional, ada beberapa tips yang perlu dicoba sebagai berikut:
1. Jangan langsung membeli kamera yang mahal
Foto yang bagus tidak harus menggunakan kamera yang mahal, dengan kamera poket pun bisa menghasilkan foto yang bagus. Semuanya tergantung kepada seberapa sering Anda memotret, semakin sering memotret maka semakin tahu tentang jenis kamera apa yang Anda butuhkan.

2. Pertimbangkan menggunakan Tripod
Jika Anda memiliki tangan yang tidak kuat atau gemetar pada saat memegang kamera, sebaiknya Anda menggunakan Tripod untuk menjaga kestabilan kamera selama mengambil gambar.

3. Selalu bawa kamera Anda
Momen yang penting sering datang pada saat-saat yang tidak disangka, jika Anda selalu membawa peralatan kamera yang sederhana (cukup tas kecil kamera dan tripod saja) maka Anda tidak akan melewatkan momen penting tersebut untuk diabadikan.

4. Buat daftar objek foto yang Anda inginkan
Pada saat Anda sedang tidak membawa kamera, simpan catatan kecil untuk menuliskan tempat-tempat yang akan Anda tuju kembali untuk diabadikan. Pastikan untuk mencatat setiap detail penting pemotretatan seperti pencahayaan, sehingga Anda dapat kembali pada waktu yang sama atau ketika cuaca yang sama.

5. Jangan mengabaikan objek yang biasa dilihat
Anda mungkin tidak melihat sesuatu yang menarik untuk di foto di ruang tamu atau di halaman belakang rumah Anda, tapi cobalah cari pada di sekitar Anda dengan sudut pandang yang lain. Anda bisa memotret cahaya dengan trik yang menarik atau memotret beberapa bunga-bunga liar yang Anda temukan di halaman belakang rumah. Seringkali objek yang sederhana menghasilkan foto yang menarik untuk dilihat.

6. Nikmati proses belajar fotografi
Bagian terbaik dari hobi yang dimiliki seperti fotografi adalah tidak pernah kehabisan bahan untuk belajar. Inspirasi fotografi adalah semua hal sekitar Anda. Lihatlah segala sesuatu dari kacamata fotografer dan Anda akan melihat kesempatan yang tidak pernah Anda perhatikan sebelumnya.

7. Ambil keuntungan dari sumber informasi gratis untuk belajar
Browsing melalui Flickr, forum fotografi, blog dan website tentang fotografi akan memberikan informasi, tips dan inspirasi untuk belajar fotografi secara gratis. Anda juga dapat Googling untuk mencari blog dan website yang menyediakan informasi tentang fotografi.

8. Bereksperimen dengan beberapa setting-an di kamera
Membaca buku manual kamera penting dilakukan untuk mengerti tentang simbol-simbol dan fitur-fitur yang terdapat pada kamera. Anda dapat bereksperimen memotret dengan beberapa setting-an untuk mempelajari efek yang ditimbulkan, setting-an tersebut dapat Anda pelajari kembali jika file foto sudah dipindahkan ke komputer (lihat di Details Properties file foto). 

9. Pelajari aturan dasar fotografi
Informasi online tentang fotografi mudah ditemui dengan browsing di internet, mulailah dengan beberapa artikel tentang komposisi objek foto. Anda dapat mempelajari nya juga melalui fotografer yang sudah berpengalaman tentang aturan dasar fotografi.

10. Memotret secara teratur
Cobalah memotret setiap hari atau buat jadwal memotret yang teratur untuk mempraktekkan ilmu fotografi yang telah dipelajari sehingga Anda tidak mudah melupakannya.

11. Jangan takut untuk bereksperimen. 
Jika Anda menggunakan kamera digital, biaya kesalahan memotret adalah gratis alias hasil foto Anda yang salah setting dapat dihapus. Jadi bereksperimen lah sebebas-bebasnya terhadap setting-an di kamera dan Anda pasti akan belajar banyak dalam proses tersebut.

Mengenal Eksposure - Segitiga Eksposure

Untuk sebagian fotografer pemula penggunaan mode AUTO adalah cara yang praktis dan mudah dalam pengambilan gambar dan mode tersebut sering digunakan dalam berbagai hal. Akan tetapi ada baiknya mencoba mode Manual untuk mendapat kepuasan tersediri dan lebih berani dalam berkreasi. Sebelum berpindah dari mode AUTO ke mode Manual, fotografer harus memahami apa yang disebut dengan Eksposur. Eksposur merupakan banyaknya cahaya yang diterima oleh sensor kamera dalam proses pengambilan gambar. Eksposur diukur dalam lux detik yang dihitung dari nilai eksposur (EV, exposure value) dan pencahayaan pada area tertentu.

Ada 3 elemen yang perlu dipertimbangkan ketika bereksperimen dengan eksposur yang disebut dengan "segitiga eksposur". Masing-masing dari tiga aspek segitiga berhubungan dengan cahaya dan bagaimana cahaya tersebut masuk dan berinteraksi dengan kamera.





Ke tiga elemen segitiga eksposure tersebut adalah:
1. ISO - ukuran kesensitifan sensor kamera terhadap cahaya.
2. Aperture - ukuran bukaan lensa ketika gambar diambil.
3. Shutter Speed - rentang waktu pada saat shutter terbuka.

Untuk memahami segitiga eksposure dapat diilustrasikan dan dibayangkan bahwa kamera merupakan sebuah jendela dengan daun jendela yang bisa membuka dan menutup. Aperture merupakan ukuran jendela, jika lebih besar maka cahaya banyak yang masuk dan ruangan akan lebih terang. Shutter Speed adalah rentang waktu pada saat jendela terbuka, semakin lama shutter terbuka maka cahaya akan lebih banyak masuk ke kamera sedangkan ISO diibaratkan sebagai kacamata hitam yang dipakai oleh sesorang didalam ruangan dan mata adalah sensor kamera.

Sebagai contoh jika mata (sensor kamera) ingin mendapatkan cahaya yang lebih maka yang dilakukan adalah ukuran jendelanya diubah (Aperture dibesarkan) atau jendela dibiarkan lama terbuka (Shutter Speed ditambah) atau kacamata hitam dilepas (ISO dibesarkan).

Perlu diingat bahwa perubahan setiap elemen tidak hanya berdampak pada eksposure gambar namun juga berdampak pada aspek yang lain (contoh: perubahan aperture akan merubah kedalaman area fokus atau Depth of Field, perubahan ISO akan memperngaruhi tingkat kekasaran gambar, perubahan shutter speed akan mempengaruhi bagaimana pergerakan bisa ditangkap oleh kamera). Oleh karena itu disarankan pada para pemula untuk selalu memperbanyak latihan memotret dengan berkreasi kepada ketiga elemen eksposure diatas agar gambar yang dihasilkan lebih bagus dan sesuai dengan keinginan serta mencegah foto terhindar dari over-exposure (terlalu terang) atau under-exsposure (terlalu gelap).

Exposure dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu:
1. Jenis dan intensitas sumber cahaya
2. Respon benda terhadap cahaya
3. Jarak kamera dengan benda
4. Shutter speed.
5. Aperture.
6. ISO yang digunakan.
7. Penggunaan filter tertentu.






Mengenal Mode Pada Kamera DSLR

Dial pengatur Mode pada kamera
Mode pada kamera merupakan pilihan setting-an pemotretan dalam berbagai situasi yang terdapat pada kamera digital. Mode kamera DSLR profesional cenderung fokus ke Mode Manual, kamera saku (poket) fokus ke Mode Auto dan kamera prosumer (semi DSLR) sering menggunakan variasi antara Mode Manual dan Mode Auto. Pilihan Mode di kamera pada berbagai merek adalah sama hanya terdapat pada perbedaan simbol yang digunakan.


Simbol pilihan Mode untuk beberapa merek kamera


Secara umum Mode kamera yang sering terdapat pada kamera dibagi menjadi:
1. Mode Otomatis: AUTO, Portrait, Macro, Landscape, Sports/Action dan Night Shoot.
2. Mode Semi Otomatis: Aperture Priority, Shutter Speed Priority dan Program
3. Mode Manual


Mode AUTO

Dalam mode AUTO seluruh setting-an dilakukan secara otomatis oleh kamera yang meliputi setting-an shutter speed, aperture, ISO, white balance, fokus dan flash untuk mengambil gambar se optimal mungkin.


Mode Portrait
Jika memilih mode Portrait secara otomatis kamera memilih aperture yang besar (nilai f kecil) untuk mengaburkan background dan hanya fokus pada objek. Mode ini bagus digunakan untuk memotret objek tunggal sehingga mendapatkan jarak yang dekat dengan objek, mode ini juga bisa mengenali dan fokus pada wajah manusia.


Mode Macro
Mode Macro memungkinkan fotografer bergerak lebih dekat ke objek untuk mengambil gambar close up. Macro ini sering digunakan untuk memotret bunga, serangga atau objek kecil/makro lainnya. Bila menggunakan mode ini fokus akan lebih sulit didapatkan karena kedalaman bidang fokus (depth of field) sangat sempit, untuk itu disarankan menggunakan tripod agar fokus mudah didapatkan.


Mode Landscape
Bisa dikatakan bahwa mode Landscape adalah kebalikan dari mode Portrait dari segi aperture yang digunakan. Landscape memberikan aperture yang kecil (nilai f besar) sehingga bidang fokus nya lebih luas. Pada saat yang sama kamera juga memilih shutter speed yang lebih lambat untuk mengkompensasi aperture yang kecil. Mode ini bagus digunakan untuk memotret pemandangan.


Mode Sport/Action
Mode Sport/Action ideal digunakan untuk menangkap objek yang bergerak seperti atlet sedang berolahraga, binatang peliharaan, mobil, binatang liar, dll. Mode ini menangkap objek yang bergerak dengan menaikkan shutter speed dan ISO.


Mode Night Shoot
Mode Night Shoot (atau disebut juga shutter pelan) digunakan untuk memotret dengan kondisi pencahayaan yang kurang, kamera secara otomatis akan men-setting shutter speed yang lebih lama. Dalam mode ini disarankan untuk menggunakan tripod karena shutter speed yang lama akan membutuhkan kestabilan kamera agar tidak menghasilkan gambar yang buram atau blur.


Mode Aperture Priority (A atau Av; Aperture value)
Mode ini memberikan kontrol secara manual terhadap setting aperture dan kamera akan memilih setting-an yang lain secara otomatis (shutter speed, white balance, ISO, dll) untuk mendapatkan eksposure yang bagus.

Mode Shutter Priority (S atau Tv; Time value)
Mode Shutter Priority mirip dengan mode Aperture Priority hanya saja yang dikontrol manual adalah shutter speed sedangkan setting-an yang lain otomatis dipilih oleh kamera.


Mode Program (P)
Mode ini hampir sama dengan mode AUTO tetapi mode Program memberikan sedikit pengaturan secara manual terhadap aperture, shutter speed dan ISO.


Mode Manual (M)
Mode Manual memberikan kontrol yang penuh kepada fotografer untuk memilih setting yang diinginkan seperti shutter speed, aperture, ISO, white balance, flash, dll.

Tips Menghindari Kesalahan Umum Dalam Pemotretan

Mengurangi Goyangan pada Kamera
Goyangan pada kamera disebabkan oleh kombinasi pergerakan tangan fotografer atau ketidakmampuan dalam menjaga kamera dalam kondisi diam atau tetap, shutter speed dan fokus lensa (focal length) yang panjang sehingga akan menghasilkan gambar yang blur atau buram. Panjang fokus lensa jika dikombinasikan dengan shutter speed yang lambat akan menciptakan situasi di mana shutter speed terlalu lambat untuk membekukan gambar sebelum kamera bergerak secara signifikan.
Goyangan pada kamera dapat dicegah dengan menggunakan tripod, memegang kamera dengan posisi yang benar atau menaikkan nilai shutter speed ke nilai yang lebih besar dari panjang fokus (focal length). Sebagai contoh, jika panjang fokus sama dengan 100mm maka shutter speed nya harus di set ke 1/100 detik atau lebih cepat.
Kamera yang goyang akan menghasilkan gambar yang blur
Catatan: beberapa lensa memiliki fitur mengstabilkan gambar (contoh: IS, Image Stabilizer pada lensa Canon) yang memungkinkan fotografer mengambil gambar dengan nilai shutter speed yang lebih kecil dari panjang fokus lensa.

 

Menghilangkan Red Eye pada Gambar
Red eye adalah suatu fenomena dimana mata manusia bersinar merah pada gambar yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh jarak yang dekat antara flash (terutama fash yang built-in) ke lensa kamera. Ketika flash menyala, cahaya akan memantulkan warna darah yang terdapat dalam pembuluh dibelakang mata objek yang kemudian cahayanya masuk kembali kedalam lensa. Orang yang bermata biru sangat rentan terhadap fenomena red eye ini karena memiliki pigmen yang lebih sedikit untuk menyerap cahaya.
Contoh red eye pada foto yang dihasilkan

Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk meminimalkan atau menghilangkan red eye dalam gambar. Beberapa kamera memiliki fitur red eye reduction yang memaksa iris mata objek menutup sebelum gambar diambil. Masalah utama dengan metode ini adalah seringnya memaksa objek untuk sengaja menutup mata sebelum gambar diambil dan tidak selalu sepenuhnya menghilangkan efek red eye.

Metode yang lebih efektif adalah dengan penggunaan flash eksternal yang dipasang pada hot-shoe kamera. Flash eksternal secara radikal akan merubah sudut jatuhnya flash terhadap objek, hal tersebut akan mencegah lensa menangkap pantulan cahaya dari warna darah dibelakang mata objek yang difoto.
Cahaya flash eksternal yang dipantulkan dari mata tidak masuk ke lensa
Cahaya flash built-in yang dipantulkan dari mata masuk ke lensa

Mengurangi Digital Noise
Digital noise merupakan efek polkadot (bintik-bintik) pada gambar dengan eksposur yang lama atau gambar dengan ISO yang tinggi pada situasi pencahayaan yang kurang. Efek digital noise paling terlihat pada gambar yang diambil dalam situasi cahaya yang rendah dan ISO yang tinggi.
Digital Noise pada ISO yang tinggi
Digital noise dapat dikurangi dengan menggunakan setting ISO antara 100 dan 400. Setting ISO 400 akan memberikan eksposure yang lebih tetapi ISO 400 sedikit menampilkan digital noise. 
Digital noise vs ISO
Saat ini umumnya kamera DSLR mempunyai fitur noise reduction, jika fiturnya dihidupkan maka noise reduction secra otomatis akan aktif ketika mengambil gambar dengan eksposure yang lama. Sisi negatif dari fitur ini adalah kamera membutuhkan waktu jeda yang signifikan antar pengambilan gambar. Salah satu cara untuk menghindari waktu jeda ini adalah dengan mematikan fitur noise reduction pada kamera dan gunakan pengaturan aperture noise reduction setelah memindahkan gambar ke komputer.

Memahami File RAW dan JPEG pada Kamera

Pada kamera saku tingkat lanjut (Prosumer) dan kamera DSLR terdapat beberapa pilihan format file gambar yang biasa digunakan yaitu RAW dan JPEG. Pemilihan jenis file yang tepat sangat penting dilakukan sebelum mengambil gambar karena akan mempengaruhi kualitas gambar yang diinginkan selama proses pengolahan. 
Pemilihan jenis file gambar pada kamera DSLR


RAW
File RAW artinya file dengan data mentah yang mengandung informasi bagaimana suatu gambar diambil seperti waktu dan tanggal pengambilan, nilai eksposure, tipe kamera dan lensa, dll, informasi ini dikenal juga sebagai Metadata. Intinya file RAW adalah format asli yang merupakan perwujudan original dari hasil kerja Sensor gambar digital. File RAW mempunyai ekstensi file yang berbeda-beda untuk setiap kamera seperti CRW untuk Canon EOS, NEF untuk Nikon, ARW untuk Sony dan ORF untuk Olympus. Karena kebanyakan aplikasi fotografi tidak diproses dalam file RAW maka file RAW harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam format yang umum seperti JPEG atau TIFF sebelum gambar tersebut digunakan dalam software pemrosesan gambar (image processing).

Step by step format RAW

Kenapa harus shooting dengan file RAW?
Ada banyak alasan untuk mengambil gambar dengan file RAW dibandingkan dengan file JPEG, akan tetapi penting untuk diingat bahwa gambar dengan file RAW membutuhkan pekerjaan tambahan untuk mengatur keseimbangan warna yang diinginkan sedangkan file JPEG keseimbangan warna nya sudah diatur oleh kamera itu sendiri. 

Beberapa keuntungan jika shooting gambar dengan format file RAW:
- Dapat mengontrol White Balance, pengaturan warna dan koreksi gamma setelah proses pengambilan gambar sehingga opsi untuk pemgolahan gambar lebih banyak.
- File RAW tidak mengalami kompresi sehingga tidak ada data gambar yang hilang dan kualitas gambar lebih bagus.
- File RAW dapat mengontrol pengurangan noise dan mengontrol ketajaman setelah pengambilan gambar sedangkan untuk file JPEG pengurangan noise dan ketajaman gambar sudah permanen tergantung dari setting kamera pada saat mengambil gambar.
- Format RAW diibaratkan sebagai negatif film yang digital sehingga memungkin untuk berkreasi lebih besar dalam pengaturan gambar yang diinginkan.

Kerugian menggunakan format file RAW:
- Karena file nya tidak mengalami kompresi maka ukuran file nya lebih besar sehingga membutuhkan kapasitas memory card yang lebih besar, biasanya ukuran file RAW lebih dari 2 kali ukuran file JPEG.
- Banyak memakan waktu selama pemotretan (mengurangi kecepatan kamera).
- Butuh kerja tambahan dan waktu tambahan untuk pengolahan gambar karena pengolahan gambar tidak dilakukan oleh kamera.
- Butuh software khusus agar file nya bisa dibaca.

JPEG (Joint Photographic Experts Group)
JPEG adalah format file gambar populer yang memungkinkan seseorang menghasilkan gambar dengan tingkat kompresi yang tinggi. Ketika mengambil gambar dengan format JPEG, kamera akan mengubah file RAW melalui software yang ada dalam kamera menjadi file JPEG 8-bit warna kemudian disimpan di memory card. Selama proses ini berlangsung kamera akan meng-kompres gambar sehingga menyebabkan beberapa data akan hilang, oleh karena itu ukuran file JPEG akan lebih kecil dibandingkan dengan file RAW.
Step by step format JPEG

Keuntungan shooting dengan format file JPEG:
- Format JPEG bisa dibaca oleh program apapun yang tersedia di pasaran.
- Ukuran file nya lebih kecil sehingga tidak banyak memakan memory card.
- File nya bisa langsung di cetak tanpa butuh waktu tambahan untuk pengolahan gambar.

Kerugian shooting dengan format file JPEG:
- Beberapa data akan hilang karena file nya di kompresi.
- Tidak banyak ruang untuk pengolahan gambar jika dibandingkan dengan RAW.
- Noise dan ketajaman gambar permanen tergantung pada pengaturan di kamera sehingga tidak bisa di kontrol.

So, format file mana yang Anda pilih?
- Jika kapasitas memory card Anda minimal 4GB dan ingin mengambil gambar saat momen istimewa, pilihlah format RAW.
- Jika kapasitas memory card Anda pas-pasan dan hanya untuk mengambil momen yang biasa saja, pilihlah format JPEG.
- Untuk jalan tengahnya jika Anda memiliki kapasitas memory card yang besar, format RAW + JPEG (kamera akan menyimpan ke dua format sekaligus).

Contoh format RAW (source:

Contoh format JPEG (source:




Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 5)

Memory Card
Setelah sensor gambar digital merekam suatu objek, kamera akan melakukan serangkaian proses untuk mengoptimalkan gambar yang didasarkan pada pengaturan kamera yang dilakukan oleh fotografer sebelum mengambil gambar, seperti pengaturan ISO, Aperture, Shutter, dll. Setelah pemrosesan gambar, kamera digital akan menyimpan informasi nya dalam bentuk file, jenis file digital dibuat bervariasi tergantung pada produsen kamera. Setelah file siap untuk penyimpanan, kamera akan mentransfer file dari prosesor ke memory card. Ada beberapa jenis memory card yang digunakan, tetapi proses penerimaan informasi gambar di masing-masing memory card tetap sama.
Memory Card


Flash Eksternal
Dalam situasi tertentu agar foto lebih tajam dan lebih jelas terutama pada saat situasi kurang cahaya dibutuhkan cahaya tambahan yang berasal dari flash eksternal. Kebanyakan kamera DSLR memiliki flash bawaan yang built-in dengan posisi yang tetap dan cahayanya mengarah pada satu arah saja. Flash built-in ini memiliki kekurangan dalam pengontrolan eksposur flash sehingga kamera dengan flash built-in ini tidak bisa dikembangkan untuk keperluan fotografi profesional.
Flash Built-in
Penggunaan flash eksternal akan memberikan sentuhan yang profesional dalam pengontrolan eksposur flash. Hal ini memungkinkan untuk pengoptimalan dalam pengaturan flash (intensitas flash yang rendah akan menerangi objek foto terhadap background yang terang sehingga objek foto tidak muncul dalam siluet) dan pencegahan overexposure pada objek dalam jarak dekat.
Flash Eksternal Kamera DSLR Sony


Komponen Dasar Kamera DSLR (Bagian 4)

Sensor Gambar Digital (Digital Image Sensor)


Ketika cahaya yang dipantulkan dari objek melewati lensa dan Aperture, gambar dari objek tersebut akan ditangkap oleh sensor gambar digital. Sensor tersebut merupakan suatu chip di dalam kamera yang terdiri dari jutaan elemen individu yang mempunyai kemampuan untuk menangkap cahaya.

Tipe Umum Sensor Gambar Digital

1. CCD (Charge-Couple Device)
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD merekam gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari setiap elemen dalam baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya satu baris yang aktif pada suatu waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan menjadi data digital dengan sendirinya, perlu tambahan sirkuit di kamera untuk mendigitalkan informasi tegangan sebelum mentransfer data ke perangkat penyimpanan.

Sensor CCD


Prinsip kerja CCD:Dalam digital imaging, ketika gelombang cahaya yang masuk kamera difokuskan pada sensor yang mengubah cahaya menjadi muatan listrik, gambar terbentuk. Bagaimana proses ini memisahkan warna? Cahaya yang memasuki kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua panjang gelombang, dalam mekanisme nya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi baris dan piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan adalah sedikit lebih lama, tapi sangat akurat.

Sensor CCD dan Sensor CMOS


2. CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)
Sensor CMOS mampu merekam seluruh gambar yang disediakan oleh elemen sensitif cahaya secara paralel (dasarnya semua sekaligus), mengakibatkan tingkat transfer data yang lebih tinggi ke perangkat penyimpanan. Sirkuit tambahan ditambahkan untuk setiap elemen individu untuk mengkonversi informasi tegangan ke data digital. Sebuah mikrolensa kecil berwarna dipasang pada setiap elemen untuk meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan warna cahaya.

Sensor CMOS


Prinsip kerja CMOS:
Sebuah sensor CMOS, tidak mengubah gelombang cahaya menjadi muatan listrik pada sebuah chip yang berbeda, tetapi mengubah foton menjadi elektron dengan mengolah data pada saat itu juga (dan bukan pada chip lain). Dengan menggunakan amplifier, sensor ini lebih cepat dari CCD. Namun, fakta bahwa tidak semua converter dan amplifier bekerja di efisiensi yang berbeda, dapat menyebabkan noise.
Sementara CMOS kebanyakan menggunakan sistem RGB filtrasi yang sama, ada juga teknologi revolusioner baru yang disebut Foveon (Sigma mulai menggunakannya, tetapi di produsen lebih masa depan akan memperkenalkan model berbasis pada teknologi ini), yang menggunakan sifat-sifat silikon itu sendiri untuk menyaring warna spektrum cahaya.

Perbedaan Sensor CCD dan CMOS

Sensor CCD
Sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera yang fokus pada gambar yang high-quality dengan pixel yang besar dan sensitivitas cahaya yang baik.
Plus :
- Telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga teknologinya lebih matang.
- Kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya
- Low noise
- Desain sensor nya sederhana (lebih murah)
- Sensitivitas cahaya yang baik (termasuk dynamic range)
- Tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform)
Minus :
- Desain sistem keseluruhan (CCD plus ADC) lebih rumit
- Boros daya, lebih kurang 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS
- Kecepatan proses keseluruhan lebih lambat dibanding CMOS
- Sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel) saat menangkap cahaya terang

Sensor CMOS
Sensor CMOS lebih ke kualitas dibawahnya, resolusi dan sensitivitas cahaya yang lebih rendah. Akan tetapi pada saat ini sensor CMOS telah berkembang hampir menyamai kemampuan sensor CCD.
Plus :
- Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip)
- Hemat daya berkat integrasi sistem
- Kecepatan proses responsif (berkat parralel readout structure)
- Tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari masalah smearing atau blooming
- CMOS dapat dipabrikasi dengan cara produksi mikroprosesor yang umum sehingga lebih murah dibandingkan sensor CCD
Minus :
- Lebih besar kemungkinan untuk noise
- Sensitivitas terhadap cahaya lebih rendah karena setiap piksel terdapat beberapa transistor yang saling berdekatan.
- Pixel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang baik dalam hal keseragaman kinerja (uniformity).